Makyong, Seni Pentas Yang Satu Ini, Merupakan Salah Satu Dari Sekian Banyak Seni Warisan Masyarakat Melayu Bintan, Yang Kini Hanya Tinggal Dua Group Saja Yang Masih Eksis, Satu Di Kampung Keke Kijang, Dan Satunya Lagi Di Pulau Mantang Kabupaten Bintan.

Untuk Itulah Dalam Event Kenduri Budaya Bintan 2024, Kembali Ditampilkan Dalam Pertunjukan Makyong Warisan Yang Membawakan Cerita Bungsu Sakti. Teater Mini Seni Lakon Makyong, Ini Diketahui Sudah Mentas Di Berbagai Benua Seperti Eropa, Australia Dan Asia.

Alat Musik Yang Digunakan Masih Sama Sejak Dulu, Namun Hingga Saat Ini, Para Pemainnya Sudah Saling Silih Berganti Dari Generasi Ke Generasi. Teater Makyong Yang Diberi Nama Warisan Dipimpin Oleh Tengku Muhammad Satar, Dengan Komposisi Pemain Musik Dan Pemain Teater Yang Berjumlah Lima Belas Orang. Masing-masing Berperan Dalam Memainkan Suatu Cerita.

Kali Ini Cerita Makyong Yang Berjudul Raja Bungsu Sakti, Dimana Diceritakan Bahwa Sang Raja Yang Memerintah Di Di Negeri Lenggang Cahaya. Dengan Lakon Yang Dibawakan Oleh Awang Dan Yang Bercerita Serta Ngelongso Bersama Putri Bercerita Yang Memaknai Alur Cerita. Dikisahkan Pada Suatu Purnama Sang Raja Bungsu Sakti Berkeinginan Merantau Ke Gunung Berintan, Dengan Niat Mencari Seorang Istri. Namun Agar Status Raja Yang Disandangnya Tak Diketahui Maka Sang Raja Menyamar Sebagai Rakyat Jelata.

Ketika Sang Raja Menyamar Sebagai Rakyat Jelata, Pada Satu Persimpangan Bertemu Dengan Wak Paki Jenang Dan Bertanya Arah Jalan Yang Akan Dilalui Sang Raja Bungsu Sakti, Sampai Akhirnya Sang Raja Menemukan Seorang Anak Dara Yang Akan Dijadikan Permaisuri Dalam Istana.

Makna Yang Terkandung Di Dalam Cerita Yang Ditampil Teater Makyong Yang Berdurasi Empat Puluh Lima Menit Itu, Bahwa Segala Sesuatunya Harus Bertanya Jika Tidak Mengetahui Dalam Permasalahan. Maka Cerita Pun Berakhir Dengan Perasaan Suka Cita Sang Raja Bungsu Sakti Hidup Bahagia Dalam Istana.

Ketua Pelaksana Zulkifli Harto Menjelaskan, Peninggalan Budaya Yang Masa Jaya Saat Itu, Makyong Hanya Tampil Untuk Menghibur Di Istana Kerajaan, Sehingga Segala Keperluan Para Pemainnya Disediakan Oleh Istana, Baik Tempat Tinggal Makan, Minum Hingga Pakaian.

Para Seniman Makyong Tersebut Hanya Fokus Berlatih, Tanpa Harus Memikirkan Kebutuhan Hidup Sehari-hari, Dan Tampil Sempurna Dihadapan Raja Bila Saatnya Diinginkan. Namun Kini Zaman Berubah, Waktu Berganti, Tidak Demikian Halnya Dengan Para Seniman Makyong Tersebut.

Seni Lakon Makyong Masih Eksis Kini, Namun Makyong Akan Tergantung Dari Pihak Mana Yang Akan Mengundangnya, Dan Hal Itu Tidak Lah Terus Menerus, Dalam Tiga Bulan Mungkin Ada Undangan Untuk Tampil. Kini Selain Bermain Teater Makyong, Para Senimannya Juga Bekerja Seperti Biasa, Ada Yang Masih Menempuh Pendidikan, Dan Ibu Rumah Tangga, Mereka Hanya Bertemu Saat Latihan Persiapan Sebelum Pertunjukan.

Jika Dulu Seni Pentas Makyong Tersebut, Pada Generasi Penerus Kurang Berminat, Maka Kini Dari Kalangan Muda Banyak Yang Ingin Ikut Bermain Dan Mengembangkan Budaya Yang Telah Turunkan Sejak Zaman Dahulu Silam, Jika Dulu Hanya Ada Satu Saja Group Makyong, Kini Sudah Bertambah Satu Lagi Di Pulau Mantang.